Wednesday, October 19, 2016

Praktikum 01 Bahan Bangunan Laut

Jumat, 30 September 2016

Pada kali ini, kami bertugas untuk melakukan praktikum dengan agenda penentuan parameter material pembentuk beton (pengujian agregat kasar dan halus)
1. Pemeriksaan Berat Volume Agregat
2. Analisis Saringan Agregat Halus dan Agregat Kasar
3. Pemeriksaan Kadar Organik dalam Agregat Halus
4. Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
5. Pemeriksaan Kadar Air Agregat
6. Berat Jenis dan Penyerapan Agregat


1. Penentuan berat dan volume agregat

Tujuan :
Menghitung berat volume agregat halus, dan kasar untuk menentukan proporsi agregat yang digunakan dalam campuran.
Alat :
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 % berat contoh
2. Tongkat pemadat diameter 15mm, panjang 60 cm yang berujung bulat dan terbuat dari baja tahan karat
3. Wadah baja berbentuk silinder
4. Sekop
Benda Uji :
Agregat halus dan kasar
Prosedur :
A. Berat isi lepas
1. Timbang wadah dan jadikan titik nol pada timbangan
2. Masukkan benda uji dengan hati-hati
3. Ratakan permukaan dengan tongkat pemadat
4. Timbang dan catatlah berat benda uji

B. Berat isi agregat ukuran butir maksimum 38,1 mm (1,5") dengan cara penusukan
1. Timbang wadah dan jadikan titik nol pada timbangan
2. Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditusukkan sebanyak 25 kali secara merata.
3. Ratakan permukaan dengan tongkat pemadat
4. Timbang dan catatlah berat benda uji

Analisis dan Hasil :
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh rata-rata berat volume :

Agregat halus

  • Kondisi padat : 1,564 kg/L
  • Kondisi gembur : 1,4611kg/L
Agregat kasar
  • Kondisi padat : 1,4396 kg/L
  • Kondisi gembut : 1,2916 kg/L


2. Analisis Saringan Agregat Halus dan Agregat Kasar


Tujuan :

Menentukan distribusi ukuran partikel dari agregat halus dan agregat kasar
Alat :
1. Timbangan dengan ketelitian 0,2 % dari berat benda uji
2. Satu set saringan
3. Talam
Benda Uji :
Agregat
Prosedur :
1. Talam ditimbang dan dijadikan titik nol pada timbangan
2. Agregat dimasukkan ke set saringan dan digoyangkan


 3. Agregat ditimbang berdasarkan tiap nomor saringan
 Analisis dan Hasil :
Agregat Halus

Modulus elastisitas agregat halus :
  • Kelompok A = 4,184
  • Kelompok B = 3,968
  • Kelompok C = 4,12
Maka modulus elastisitas agregat halus rata-rata = 4,09

Agregat Kasar
Modulus kehalusan agregat kasar :
  • Kelompok A = 2,9838
  • Kelompok B = 3,066
  • Kelompok C = 2,84
Maka modulus kehalusan agregat kasar rata-rata = 2,963


3. Pemeriksaan Kadar Organik dalam Agregat Halus

Tujuan :
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui kadar organik yang terkandunga dalam agregat halus karena bahan organik yang melebihi batas yang diijinkan dapat mempengaruhi kualitas beton yang direncanakan. Menurut persyaratan, kadar organik tidak boleh melebihi batas berdasarkan percobaan warna dari Abrams-Harder dengan larutan NaOH 3%. Syarat kekuatan beton pada umur 28 hari yang dihasilkan menggunakan agregat halus tersebut tidak kurang dari 95% kekuatan beton yang menggunakan agregat standar dengan umur yang sama.
Alat & Bahan :
1. Botol gelas tembus pandang dengan penutup karet atau gabus yang tidak bereaksi dengan NaOH bervolume 350mL
2. Standar warna (Organic Plate)
3. NaOH (aq) 350mL
Benda Uji :
Contoh pasir dengan volume 115 mL (1/3 Volume botol)
Prosedur :
1. Masukkan 115mL pasir ke dalam botol tembus pandang
2. Tambahkan NaOH (aq) 3% lalu dikocok
3. Tutup gelas tersebut dan kocok hingga lumpur yang menempel pada agregat Nampak terpisah dan biarkan 24 jam agar lumpur mengendap
4. Setelah 24 jam, bandingkan warna cairan yang terlihat dengan standar warna no. 3 pada organic plate
Hasil :
 Berdasarkan perbandingan yang telah dilakukan, warna cairan berada di nomor 3 (standar) di Organic Plate sehingga agregat menunjukkan memiliki kadar organik yang masih dalam batas layak.

4. Pemeriksaaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus

Tujuan :
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan besar presentase kadar lumpur dalam agregat halus yang digunakan dalam campuran beton. Kandungan <5% merupakan ketentuan bagi penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton.
Alat :
1. Gelas ukur
2. Alat pengaduk
Benda Uji :
Contoh pasir dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut biasa
Prosedur :
1. Contoh pasir dimasukkan kedalam gelas ukur
2. Tambahkan air pada gelas ukur untuk melarutkan lumpur
3. Gelas dikocok untuk mencuci agregat halus dari lumpur
4. Simpan dan diamkan selama 24 jam 
5. Ukur tinggi pasir (h1) dan tinggi lumpur (h2)
Analisis dan Hasil :

 Berdasarkan pengukuran didapatkan tinggi pasir (V1) sebesar 139 mL dan tinggi lumpur (V2) sebesar 19 mL sehingga didapatkan kadar lumpur dari perhitungan V2/V1+V2 x 100%, yaitu sebesar 12,025 %.

5. Pemeriksaan Kadar Air Agregat

Tujuan :
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan yang nilai kadar air ini digunakan untuk koreksi takaran air untuk adukan beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat di lapangan.
Alat :
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh
2. Oven
3. Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan benda uji
Benda Uji :
Agregat dengan diameter maksimum 5 mm dan berat minimum 0,5 kg
Prosedur :
1. Timbang dan catat berat talam saja dan berat beserta benda uji
2.Hitung berat benda uji
3. Keringkan contoh benda uji bersama talam dalam oven selama 24 jam
4. Tiimbang dan catat berat benda uji dalam keadaan kering
Analisis dan Hasil :
Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh kelompok A dan B diperoleh :

Dengan rata-rata kadar air 
  • Agregat halus : 11,5735%
  • Agregat kasar : 6,74 %

6. Berat Jenis dan Penyerapan Agregat

Tujuan :
Menentukan specific gravity dan penyerapan agregat halus yang dapat digunakan untuk menentukan nilai bulk specific gravity
Alat :
1. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram atau kurang dengan kapasitas sebesar 1 kg atau lebih dan timbangan untuk di air

2. Piknometer dengan kapasitas 500 gram
3. Cetakan kerucut pasir
4. Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir
5. Kain
Benda Uji :
Agregat
Prosedur :


  1. Agregat yang jenuh dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering dengan indikasi contoh tercurah dengan baik

  1. Sebagian dari contoh dimasukan dalam metal sand cone mold. Benda uji dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper). Jumlah tumbukan adalah 25 kali. Kondisi SSD diperoleh, jika cetakan diangkat, pasir mengalami longsor (tidak ada gumpalan).
  2. Contoh agregat halus sebesar 500 gram dimasukan kedalam piknometer. Kemudian piknometer diisi dengan air sampai 90% penuh. Bebaskan gelembung-gelembung udara dengan cara menggoyang-goyangkan piknometer, rendam piknometer dengan suhu air 73,4F selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang berisi contoh dengan air
  3. Pisahkan benda uji dari piknometer dan keringkan pada suhu 213 F. Langkah ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam (1 hari)
  4. Timbanglah berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasi pada temperatr 74,3 F dengan ketelitian 0,1 gram
Analisis dan Hasil :
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dicari rata-rata Apparent Specific Gravity : 2,827;Bulk Specific Gravity Kondisi Kering : 2,0846;Bulk Specific Gravity Kondisi SSD : 2,3431;
Persentase absorpsi : 12,4767;

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dicari rata-rata 
Apparent Specific Gravity : 2,87;
Bulk Specific Gravity kondisi kering : 2,617;
Bulk Specific Gravity Kondisi SSD : 2.706;
Persentase absorpsi air : 3,3313%.

No comments:

Post a Comment